Baru-baru ini, tepatnya tadi pagi, seorang teman baik yang juga Juventino, menanyakan kepada saya, “Apa arti Del Piero bagimu?”
Pertanyaan ini membuat saya terdiam. Secara otomatis, kata-kata pertama yang muncul di otak adalah “Legenda” dan “Legenda Juventus”. Tapi apakah benar begitu? Ternyata bukan pertanyaan yang mudah dijawab. Otomatis, pikiran ini melayang ke awal storia di un grande amore ini.
Semua berawal dari seorang Roberto Baggio, yang menyihir dunia lewat penampilannya di Piala Dunia 1990 di Italia. Seusai membantu Italia menempati urutan ke-3 di Piala Dunia ini, Baggio ditransfer dari Fiorentina ke Juve dengan rekor transfer tertinggi di dunia saat itu. Setelah tiga tahun menjadi Juventino, tepatnya di tahun 1993, muncul seorang anak muda yang yang mulai mencuri perhatian saya. Sama seperti Baggio, sesulit apapun bola yang dikirim, bola seolah-olah dengan sangat mudahnya bisa diterima dan “lengket” di kakinya.
Dan pada giornata ke-12 musim 1994/95, meledaklah nama anak muda ini. Juve yang bermain di kandang melawan Fiorentina, ketinggalan 0-2 di babak pertama dan kedudukan tidak berubah memasuki menit ke-70. Kelihatannya pelatih baru Marcelo Lippi akan menelan kekalahan pada pertandingan ini. Akan tetapi Il CapitanoGianluca Vialli mencetak dua gol cepat di menit ke-73 dan ke-75 dan menyamakan kedudukan menjadi 2-2. Lalu datanglah magical moment tersebut. Di menit ke-87, bek kiri Alessandro Orlando melayangkan umpan lambung“Hail Mary” (untung-untungan) dan sambil berlari dan tanpa melihat posisi gawang, anak muda asal Conegliano itu menembak volley secara langsung… dan GOL!! Luar biasa!! Was that real???
Sang Anak Emas baru Juventus telah lahir! Namanya Alessandro Del Piero dan akhirnya, di musim 1994/95 Juve merebut double scudetto dan Coppa Italia, ditambah dengan mencapai final UEFA Cup, dengan Del Piero memainkan 50 pertandingan dan mencetak 11 gol (Serie A: 29 dari 34 pertandingan, 8 gol; Coppa Italia: 10 pertandingan, 1 gol; UEFA Cup: 11 pertandingan, 2 gol).
Di musim berikutnya, Del Piero lebih menggila lagi. Juve memang gagal mempertahankan scudetto dan hanya finish di posisi ke-2 di belakang Milan tetapi Juve berhasil memenangkan Champions League untuk yang kedua kalinya!! Del Piero kembali menjadi protagonis dan mencetak enam gol dari 11 pertandingan kompetisi tertinggi antar klub Eropa ini. Dan di tahun yang sama, Del Piero membantu Juve memenangkan Interncontinental Cup(pertandingan antara juara Eropa melawan juara Amerika Selatan) setelah mengalahkan River Plate lewat gol tunggalnya di Tokyo. Diapun memenangkan gelar “Man of the Match”.
tetapi, hidup tidak selamanya di atas. Di tahun 1998, Del Piero mengalami cedera lutut parah saat Juve bertandang ke Udine dan harus absen hingga akhir kompetisi. Cedera lutut ini diikuti dengan dua musim yang buruk dari Del Piero, dimana dia terlihat lamban, selalu kehilangan bola, dan kehilangan sentuhan mencetak golnya.
Del Piero yang masih belum kembali ke bentuk permainan terbaiknya akhirnya tetap dibawa pelatih Dino Zoff keEuro 2000 di Belanda dan Italia dengan bersusah payah berhasil menembus hingga ke final untuk melawan Prancis. Unggul 1-0 hingga menit-menit terakhir, Del Piero menyia-nyiakan dua peluang emas saat tinggal berhadapan satu lawan satu dengan Fabian Barthez dan akhirnya Prancis berhasil menyamakan kedudukan 1-1 dan menang 2-1 lewat golden goal-nya David Trezeguet di masa perpanjangan waktu. Saya, beserta seluruh penonton di salah satu kafe Italia di Melbourne, Australia, terdiam. Dan terhenyak. Semua pasti mempunyai pemikiran yang sama, “Kalau saja Del Piero berhasil menyarangkan satu saja dari dua peluang emas tersebut, Italia sudah juara…” Benar-benar masa yang suram untuk Del Piero.
Akan tetapi, Del Piero mulai bermain lebih baik, lebih baik, dan lebih baik lagi. Dan di sofa yang nyaman ini di suatu tempat di Jakarta, saya melompat penuh adrenaline ketika menyaksikan Del Piero berlari dari kotak pinaltinya sendiri dan masuk ke kotak penalti tuan rumah saat semifinal Piala Dunia 2006 di Jerman dan, DARI POSISI YANG SAMA ketika dia gagal di Euro 2000, mencetak gol di menit ke-120 dan membawa Italia maju ke final dan akhirnya JUARA!
Dan Juventini mana yang bisa lupa kalau Del Piero ikut “turun” ke Serie B bersama Juventus? Bersama dengan Gianluigi Buffon, Pavel Nedved, Mauro Camoranesi dan David Trezeguet, Il Capitano adalah bintang-bintang kelas dunia yang menolak tawaran-tawaran klub-klub lain dengan gaji lebih tinggi, memilih untuk tetap membela tim tercintanya dan kemudian MEMBAWA JUVE KEMBALI ke Serie A!!
Dan Juventini mana yang bisa lupa, setelah “dikerjai” oleh FIGC, Massimo Moratti, Marco Tronchetti Provera dan antek-anteknya, Del Piero memimpin Juve KEMBALI MEREBUT SCUDETTO dalam enam tahun!!!
Saya tidak akan pernah lupa gol pemenangnya di Juve-Fiorentina tahun 1994; Saya tidak akan pernah lupa golnya saat melawan Dortmund di Champions League 1995/96; Saya tidak akan pernah lupa golnya di Intercontinental Cup 1996.
Saya tidak akan pernah lupa kesedihannya saat cedera lutut serius di Udine tahun 1998; Saya tidak akan pernah lupa kegagalannya di Euro 2000.
Akan tetapi saya juga tidak akan pernah lupa dengan pembalasannya di Piala Dunia 2006; Saya juga tidak akan pernah lupa loyalitas dan kerendahan hatinya untuk bermain di Serie B; DAN SAYA JUGA TIDAK AKAN PERNAH LUPA DIA MEMIMPIN KITA MEREBUT SCUDETTO KE-30 MUSIM INI!!
Buat saya, Alessandro Del Piero melambangkan seorang JUARA SEJATI: Dia ada di atas, jatuh, tetapi mampu bangkit kembali.
Buat saya, Roberto Baggio, Zinedine Zidane dan Francesco Totti memang mempunyai bakat dan kemampuan teknis yang lebih baik akan tetapi apabila ada orang yang bertanya kepada saya, “Apa arti seorang Del Piero bagimu?” maka saya hanya bisa menjawab:
“Buat saya, Alessandro Del Piero is JUVENTUS.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar